Memanah Dalam Islam



              Panah sangat lekat dengan budaya serta ajaran Islam. Setiap hari uqbah bin amir al juhani keluar dan berlatih memanah, kemudian ia meminta Abdullah bin zaid agar mengikutinya. Namun Abdullah bin zaid seperti bosan dengan latihan memanah. Maka Uqbah pun berkata “maukah kamu aku kabarkan sebuah hadits yang aku dengar dari Rasulullah SAW?”, Abdullah pun menjawab “mau”, Uqbah kembali berkata


 “saya telah mendengar Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla akan memasukkan tiga orang ke dalam Surga lantaran satu anak panah; orang yang saat membuatnya mengharapkan kebaikan, orang yang menyiapkannya di jalan Allah, serta orang yang memanahkannya di jalan Allah”.Beliau bersabda:

 “Berlatihlah memanah dan berkuda, dan jika kalian memilih memanah, maka hal itu lebih baik daripada berkuda” (HR. Ahmad).

Hadits ini menerangkan dengan jelas bahwa memanah sebagai bagian dari jihad. Rasulullah SAW berada diatas mimbar dan berkata:

 “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah kekuatan itu adalah memanah” (HR. Abu Daud).

               Begitu pentingnya menguasai kepandaian memanah, sehingga Rasulullah menyebut kata memanah hingga 3 kali. Sementara dari Amr bin abasah RA:

“ saya mendengar Rasulullah SAW, Beliau bersabda: barangsiapa melempar dengan sebatang anak panah dalam perang fiisabilillah, maka baginya adalah pahala yang sama dengan memerdekakan budak” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

               Dalam masa khalifah Umar Bin Khattab, pasukan muslim pernah berperang melawan pasukan persia di daerah al-qadisiyah. Awalnya pasukan muslim nyaris kalah karena jumlah pasukan yang tidak seimbang dengan jumlah pasukan persia yang lebih besar. Pasukan persia bahkan menggunakan pasukan gajah untuk memporak-porandakan barisan kavaleri muslim. Pada hari ke-4 datang pertolongan Allah, terjadi badai pasir yang bertiup ke arah pasukan persia. Kesempatan emas ini tak disia-siakan pasukan muslim menggempur bagian tengah barisan persia dan menghujani dengan ratusan anak panah. Pasukan persia pun kocar-kacir. Rustam panglima perang pasukan persia berhasil ditangkap saat hendak melarikan diri. Namun karena melawan, Rustam akhirnya dipenggal kepalanya.

              Selain cerita gagah pasukan para muslim, terdapat juga cerita sedih mereka di perang uhud. Saat itu, Rasulullah SAW menempatkan 50 orang pasukan pemanah terbaik diatas bukit uhud. Rasulullah sendiri menunjuk Abdullah bin zubair sebagai pemimpin pasukan panah khusus ini. tugas pasukan panah ini adalah mengawal 700 pasukan muslim dari pasukan kafir quraisy yang jumlahnya lebih banyak, yakni 3000 pasukan. Rasulullah berkata:

“meskipun kamu melihat kami disambar burung, tetaplah kamu di markas kamu ini sampai kamu dipanggil, dan kalau kamu melihat kami mengalahkan dan menundukkan mereka, tetaplah kamu disini sampai kamu dipanggil”.

              Pasukan kafir datang dengan 3000 personil, seratus diantaranya ialah pasukan berkuda. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid Bin Walid yang ketika itu belum masik Islam. Sedangkan sisi kiri dipimpin oleh Ikhrimah bin abu jahal yang juga belum masuk islam pada saat itu.

              Pertempuran berlangsung hebat. Abu dujana yang saat itu membawa pedang Rasulullah berhasil menembus ke jantung pertahanan kaum kafir, kaum musyrikin pun lari kocar-kacir. Namun sayang, saat pasukan kafir terdesak pasukan panah yang ditempatkan nabi di atas bukit tergiur barang rampasan perang yang ditinggalkan pasukan kafir, mereka pun turun berbondong-bondong dari bukit uhud. Celah kelemahan ini ternyata diamati oleh pasukan kafir. Pasukan kafir pun berbalik menyerang pasukan muslim, sehingga pasukan muslim pun terjepit. Saat itu pasukan kafir bahkan berhasil melukai kepala Rasulullah dan memecahkan gigi seri beliau. Mendapat serangan balik ini beberapa sahabat berusaha bertahan namun mereka gugur satu demi satu. Semoga Allah mengampuni dan meridhai mereka.

               Dalam pasukan Rasulullah adalah seorang panglima yang disegani karena panahnya, dia adalah Saad bin abi waqqash, pemimpin dan panglima perang muslim yang mempunyai gelar “Singa Yang Menyembunyikan Kukunya”. Dia adalah orang yang pertama kali menggunakan panah dalam perang membela agama Allah. Keakuratannya dalam menggunakan panah termasyhur di kalangan sahabat dan musuh, bahkan Rasulullah pun pernah berdo’a untuknya, “Ya Allah, tapatkanlah bidikan panahnya dan kabulkanlah do’anya”. Menurut suatu riwayat zaid bahkan pernah berperang hanya dengan satu anak panah. Ia bidik salah satu musuh, kemudian berlari untuk mencabut anak panahnya, kamudian ia bidikkan lagi ke musuh yang lain. Subhanallah

               Satu hal yang tak dibenarkan menggunakan panah dalam Islam dalah menggunakannya sebagai alat untuk mengundi keberuntungan dan nasib, seperti yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Maaidah ayat 90.

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al-Maaidah: 90)

Ayat ini turun karena banyak warga arab pada masa Rasulullah melakukan praktik undian dengan panah. Mereka mengundi nasib seperti untuk memutuskan bepergian, menetukan hari pernikahan, dan memutuskan suatu perkara. Mereka memakai 3 anak panah, satu anak panah diberi tanda sebagai simbol Iya, satu anak panah diberi simbol Tidak, dan satu anak panah dibiarkan tanpa tanda. Saat hendak memutuskan sesuatu 3 anak panah itu diletakkan dalam bangunan pemujaan berhala. Kemudian pendeta atau juru kunci akan mengambil satu anak panah. Jika didapat anak panah bertanda Iya, maka segala urusan boleh dikerjakan, namun jika didapat anak panah bertanda tidak maka urusan itu harus ditunda selama satu tahun.
Bermain panah tidak hanya mengasyikkan, tetapi juga akan menghindarkan kita masuk golongan kaum yang kufur nikmat. Seperti sabda Rasulullah:

“tidak ada hiburan kecuali dalam 3 hal: seorang laki-laki yang melatih kudanya, candaan seseorang terhadap isterinya, dan lemparan anak panahnya. Dan barangsiapa yang tidak memanah setelah ia mengetahui ilmunya karena tidak menyenanginya, maka sesungguhnya hal itu adalah kenikmatan yang ia kufuri”. (HR. An-Nasa’i - 3522)

Semoga kita selalu dijaga Allah dan tidak termasuk golongan yang kufur nikmat. Aamiin




 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Sumber: Khazanah Trans 7

Comments

Promo Voucher Game